Pulang dan Kembali

Sudah lama tidak curhat di blog ini, biasanya saya menulis beberapa materi matematika yang saya dapat di bangku kuliah. Namun kondisi malam ini (15 Maret 2013) agak berbeda; saya tidak bisa tidur memikirkan dua kata: "pulang" dan "kembali". Hal ini terutama setelah mengaitkan rasa sedih saya atas kembalinya/pulangnya kakek saya Haji Priyosuwiryo ke haribaan Tuhan setelah menunaikan tugasnya di dunia selama 83 tahun, dan rasa sedih yang timbul ketika saya harus kembali/pulang ke kost saya. Ada apa sih dengan dua kata "pulang" dan "kembali" ini?

Kata pulang, bermakna "pergi ke rumah atau ke tempat asalnya" dan ini merupakan makna pokok; setiap orang mengucap "pulang", berarti yang ia maksud adalah "kembali ke asal atau asalnya". Sedangkan kembali, adalah "balik ke tempat atau keadaan yang semula (atau disemulakan)"; makna pokoknya adalah "balik ke sebelumnya atau mulanya". Hal ini mengandung perbedaan mendasar, yang kata "pulang" itu balik ke tempat yang benar-benar paling awal, sedangkan "kembali" memiliki rasa "hanya sekedar balik, entah itu posisi awal sejati atau bukan".

Ketika saya pulang, hati saya berseri-seri dan senang, karena di griya (yang saya anggap rumah pertama) itulah saya mendapat kenikmatan dan pertolongan yang terjamin oleh penyokong, dalam hal ini orang tua saya. Bagi pembaca yang kondisi griyanya kurang menyenangkan, misal penuh cekcok, gangguan, tidak aman, dan lain sebagainya, mungkin istilah pulang lebih tepat dipakai manakala pembaca ke kampus, atau ke rumah saudara, atau ke sekretariat unit kegiatan mahasiswa, atau bahkan ke rumah Pak Lurah, pokoknya mana saja yang dianggap rumah pembawa kebahagiaan.

Berbeda ketika saya pulang, ketika saya kembali ke ... [kost, kelas, ruang dosen, dan lain-lain], saya belum tentu merasa senang. Sebab di tempat "mulanya saya" kondisi tidak selalu menyenangkan. Misal di kampus, saya kadang harus berurusan dengan satpam, di musholla saya harus berhadapan dengan takmir yang kalau lewat waktu sholat fardhu jamaah diharuskan menyingkir dari sana, dan lain sebagainya.

KEMATIAN, ANTARA PULANG ATAU KEMBALI?

Mari kita agak lebih serius. Kematian, merupakan proses yang harus kita lewati bersama sebagai bentuk pengembalian/pemulangan kita kepada sang pencipta, Allah S.W.T. Kematian merupakan proses kembali, manakala akhirnya kematian ini membawa subyek ke dalam suasana yang menyiksa, yaitu neraka. Proses kematiannya pun sangat menyedihkan baik bagi si jasad atau bagi yang melihatnya. Jika kematian itu merupakan suatu yang sangat menyenangkan bagi si subyek, atau membawa subyek ke dalam kondisi yang didukung penuh oleh sang Maha Penolong, maka proses kematian sendiri adalah suatu peristiwa pulang. Hal ini sesuai hadits Rasulullah berikut:

"Mati mendadak suatu kesenangan bagi seorang mukmin dan penyesalan bagi orang durhaka. (HR. Ahmad)"

Dari hadits di atas, jelas bahwa kematian memiliki dua makna. Mengapa pulang identik dengan bahagia? Hal ini karena sebelum kita ditaruh di tempat kedua dan seterusnya, kita biasanya disiapkan dahulu di tempat berpulang agar mampu bertahan di sana. Makna disiapkan ini penting sekali, ketika kita merujuk pada kondisi yang terlihat kurang/sama sekali belum disiapkan, misalnya anak jalanan. Sebenarnya anak jalanan ini pun telah disiapkan oleh ibunya/keluarganya agar siap hidup di lingkungan keduanya yaitu jalanan. Jikalau ia kemudian jadi direktur bank, ini karena ia telah belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik dari preman-preman dan pengalaman yang telah dihadapinya, dan sekali lagi ia disiapkan menjadi direktur oleh jalanan (tempat kedua, bukan tempat berpulang). Si anak jalanan yang sudah jadi direktur bank ini jelas akan merasa pulang manakala ia kembali ke pangkuan keluarga/ibunya, sebagai tempat pertama ia berada. Namun jika si direktur bank ini dipecat, sehingga ia harus kembali ke jalanan, maka si anak ini bukan pulang melainkan hanya kembali.

Hal ini sama dengan kematian; sebelum kita lahir, ruh kita diberi keyakinan dan segala informasi mengenai kita telah diberitahukan oleh Sang Maha Pencipta, mengimplikasikan bahwa kita dahulu pernah "bertemu" dengan Tuhan. Ketika kita balik ke Sang Pencipta, melihat wajahNya, inilah dinamakan pulang.

“Ketahuilah, kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini, kalian tidak kesulitan melihatnya.” (HR. Al-Bukhari no. 573 dan Muslim no. 633)

Orang-orang yang kembali ke neraka, mereka tidak akan melihat wajah Sang Pencipta seperti awalnya.

Kembali kepada makna kata, kita kembali kepada suatu keadaan (yang tidak selalu) menyenangkan dan pulang dalam kondisi penuh bahagia.

Komentar

  1. i'm sorry for your grandpa.

    bahasa indonesia keren ya. kalau di bahasa inggris sepertinya tidak ada 'pembeda rasa'nya.

    BalasHapus
  2. yap... memang. Sebenarnya di Bahasa Inggris pun banyak 'pembeda rasa'nya, bahkan lebih jelas dibanding bahasa kita :-)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fungsi Error

Determinan Matriks n x n

Kuliah Kerja Nyata di Kemujan